Kalo bisa murah kenapa harus mahal..??


Setelah hampir satu tahun saya tidak membawa SIM C berkeliaran di Denpasar akhirnya beberapa minggu yang lalu saya memutuskan untuk membuat SIM C.(maklum SIM C saya udah mati alias tidak berlaku dari bulan Maret 2007 kemarin), Tapi setelah selesai mengurus SIM tersebut, ada pertanyaan yang mengganjal di kepala.Ceritanya begini…

Awal bulan Februari kemarin saya membuat Surat Ijin Mengemudi (SIM) di Polres Tabanan, baru sampai saya di parkiran udah langsung disambut dengan manis oleh salah satu polisi disana.Saya merasa sangat senang melihat pelayanan yang dilakukan oleh polisi tersebut.Tapi setelah saya dikejar oleh bermacam-macam pertanyaan dan bujukan-bujukan dari oknum tersebut saya merasa kalo pelayanan yang super ramah itu hanya semata-mata merupakan calo_nya kepolisian.Akhirnya saya memutuskan untuk mengurus sendiri proses pembuatan SIM tersebut (tanpa perantara calo maksudnya).

Pertama,saya masuk diloket satu, loket tempat pembuatan SIM pastinya. Disana saya ditanya mengenai kartu sidik jari, karena saya tidak membawa kartu tersebut akhirnya saya harus membayar sepuluh ribu untuk proses pembuatan kartu data sidik jari yang baru.Setelah selesai membuat data sidik jari saya disuruh kembali ke loket pertama sekalian menyerahkan data sidik jari tersebut.Setelah menyerahkan data tersebut saya kemudian diminta mengisi formulir untuk perpanjangan SIM sekalian diminta membayar ongkos pembuatan SIM tersebut senilai seratus sembilan puluh ribu rupiah,dan saya pun membayarnya. Kemudian saya dikasi selembar kertas semacam kwitansi untuk nantinya diserahkan kepada petugas foto dan disuruh menunggu di ruang tunggu untuk proses pemotretan (artis kaliii…),maksudnya diruang tunggu untuk foto SIM.Sambil menunggu giliran dapat difoto saya membaca keterangan dalam kwitansi tersebut. Ternyata dalam kwitansi tersebut tertera angka nominal untuk perpanjangan SIM cuma enam puluh ribu rupiah,dan untuk proses membuat SIM baru senilai tujuh puluh lima ribu rupiah.Saya jadi bertanya dalam hati,kok antara uang yang saya bayar dengan yang tertera di kwitansi kok berbeda? Apalagi beberapa hari sebelumnya teman saya yang dikampung sempat cerita kalo ongkos perpanjangan SIM melalui petugas yang keliling ke desa-desa juga senilai enam puluh ribu rupiah, semakin membuat saya bertanya-tanya.Kalo dijumlahkan uang yang sudah saya bayar senilai dua ratus ribu rupiah.

Setelah saya selesai difoto,sambil menyerahkan kwitansi tersebut saya menanyakan perbedaan antara uang yang saya bayar dengan yang tertera di kwitansi,dan saya hanya mendapatkan jawaban yang tidak memuaskan”bayarnya memang segitu sekarang pak”. Tidak puas dengan jawaban tersebut saya pun terus mengejar jawaban dari petugas tersebut. Tapi,semakin saya bertanya bukannya malah dapat jawaban yang memuaskan tapi saya malah dimarahi dan dibilang cerewet.Kalo dibandingkan dengan pengalaman dari tetangga sebelah tentang pelayanan di lembaga pemerintah, saya merasa apa yang ditulis oleh tetangga saya itu justru berbanding terbalik dengan apa yang saya alami. Sampai tulisan ini dimuat saya masih belum mendapatkan jawaban atas pertanyaan saya itu, Adakah pembaca yang bisa memberi jawaban..??? Apa memang benar Kepolisian masuk tiga besar lembaga pemerintah terkorup??

21 tanggapan untuk “Kalo bisa murah kenapa harus mahal..??”

  1. horeeee pertamax juga disini 🙂
    wah bli, kayakne memang gitu di kepolisian bli 🙂
    karena udah terlalu sering, masyarakat kita malah jadi terbiasa. umumnya orang – orang ya ga komplain dengan itu 🙂 jadinya ya si polisi cuek – cuek aja minta duitnya.

    kalo dulu, teman saya yang ngurus sendiri malah sampe datang 3 kali. hari pertama dibilang ga bisa selesai sehari. hari kedua datang dibilang kartu sim-nya dia dimakan tikus (alasan macam apa ni???). hari ketiga baru selesai. nah kalo tiang, yang nombok n pake jasa, datang tinggal foto gen 🙂

    siapakah yang salah to? kita ato polisi ne? hehehehe … piss ah. comment ne jeg cara nulis blog hehehehe …

    Suka

  2. wah klo saya terakhir nyari SIM C dari jam 10 pagi ampe jam 5 sore baru selesai, sedanglan orang-orang yang datangnya belakangan malah dapat duluan. Tapi waktu buat SIM A lewat jasa calo cuma butuh beberapa menit aja cz ampe sana langsung disuruh foto…

    Suka

  3. Maunya nyari SIM yang cepat apa murah? Kalo mau cepat pasti lebih mahal. Tapi kalo mau murah pasti lebih lambat kelarnya.
    Tergantung budaya diri sendiri sekarang….

    Suka

  4. *devari : “baik hati dan tidak sombong” tp ada maunya kan…!!

    *eka : di kepolisian calo kayaknya juga hal yg biasa ya..??

    * dek didi : untuk dek didi, atur aja deh…piss (ujung-ujung pipis) 😆

    Suka

  5. sekarang sudah lebih mudah sepertinya untuk bikin sim (secara legal tanpa calo, kalo mau pakai calo ya jadinya lebih susah, hehe..)

    barusan perpanjang sim, proses cepat.. 1 jam enggak ada.. ongkos habis sekitar 80 ribuan..

    yang susah mungkin kalau bikin sim baru yah.. karena mesti ada test prakteknya.. kalo enggak lulus mesti ngulang lagi 😦 tapi ini memang bener.. kalau gak lulus ya jangan dikasih sim biar enggak nabrak orang..

    Suka

  6. *budarsa : atur aja bli…kayanya Bli Budarsa ini selain jadi bloger juga jadi calo ya…hehe 😆

    *pak dokter : ternyata ada juga yg ngga seneng pake calo, sory ya bli budarsa.. 😆

    *icHaaWe : emang ga jauh beda ya,tp mahalnya itu yg jadi pertanyaan.

    *markus : nah loch..!! bli markus aja bikin SIM cuma habis 80 ribuan, kalo saya habis 200 ribuan,.kemana larinya selisih yg sangat jauh itu??

    *kartikasari08 : no coment 😆

    Suka

  7. Bule-bule : SIM motornya pakai 1 lembar Rp. 100.000,- pertama kali kena tilang. Kemudian surat tilangnya bisa ditunjukkan saat ada operasi lagi dan seterusnya sampai habis masa liburannya yg rata-rata 1 minggu s/d 1 bulan.

    Lebih cepat lagi Oom…

    Suka

  8. hihihi, maunya idelis, tapi tetep ajah ketipu yah di? 😛 susah seh kita mau nyingkirin calo2 sin, ornag aparatnya senpiri juga merangkap calo. mendingan klo lewat calo skalian, jadi kita tau bakalan kecalo – in. nah, klo critanya gini?

    Suka

  9. Rahasia umum ne Bli! Dan apakah terus akan menjadi rahasia umum? 😀

    “mudah-mudahan tidak terus terusan menjadi rahasia umum bli,rakyat butuh kejelasan bukan yg rahasia2an”

    Suka

Tinggalkan komentar