Menikah Bertiga di Jaman Modern


Tidak bisa dipungkiri menikah merupakan salah satu keinginan dari seorang manusia normal, termasuk saya sendiri. Disamping untuk meneruskan keturunan, menikah juga bertujuan untuk mencari seorang yang bisa diajak sebagai pelengkap dalam hidup, dalam artian untuk bisa saling berbagi dalam suka maupun duka. Kita sebagai makhluk sosial tidak mungkin kan kita hidup tanpa bantuan orang lain?. Menikah adalah sesuatu yang sakral dan sedapat mungkin itu hanya dilakukan sekali seumur hidup?, Kecuali kalo kepepet…hehe 😆

Melihat ritual pernikahan di jaman modernisasi seperti sekarang ini khususnya di Bali sepertinya nilai-nilai kesakralannya sudah mulai agak bergeser dari tatanan budaya kehidupan masyarakat Bali (ini menurut pandangan saya loo, ngga tahu kalo pembaca gimana). Kalo dijaman dulu sebelum yang bersangkutan resmi menikah mereka tidak diperbolehkan tinggal satu rumah, apalagi sampai tidur berdua. Tapi yang terjadi di jaman sekarang justru sebaliknya. Pasangan kekasih yang masih remaja yang baru pacaran sudah biasa tinggal berdua dalam satu rumah (paling jelek satu kost lah), sehingga untuk melakukan adegan layak sensorpun sudah biasa mereka lakukan, dan dianggap suatu hal yang wajar bukan menjadi sesuatu yang ditabukan lagi (kembali menurut pandangan saya loo). Sepertinya sesuatu yang dulu dianggap tabu sekarang justru menjadi sesuatu hal yang biasa untuk diketahui oleh umum. Mungkin fenomena seperti ini terjadi di daerah-daerah di luar Bali juga.

Akibat dari perubahan budaya seperti itu hal-hal yang mungkin belum diinginkanpun sering terjadi, karena sudah terbiasa tidur berdua akhirnya tanpa mereka inginkan “kecelakaan” pun terjadi. Dan salah satu cara untuk mengobatinya adalah menikah. Meskipun dalam hal kesiapan mental maupun yang lain-lainnya sebenarnya mereka belum siap. Sehingga tidak jarang kita jumpai sekarang anak-anak yang masih muda-muda sudah menikah alias melakukan pernikahan dini. Dan tidak mengherankan pula jika sekarang banyak kita melihat pernikahan itu dilakukan bertiga dimana sang pangantin wanita menikah dengan”membawa drumband”. Dan bahkan karena sudah dianggap biasa maka tak jarang kita dengar ungkapan dengan nada tanya “si Anu mau nikah, hamil ya?”. Mungkin pertanyaan seperti itu yang sering kita dengar sekarang dikala ada undangan pernikahan dari seseorang.

Beberapa faktor yang menyebabkan pasangan melakukan pernikahan bertiga (ini menurut pandangan subyektif seorang Ady Gondronk) adalah:

  1. Karena faktor “kecelakaan”
    Pasangan yang melakukan nikah muda biasanya bukan karena mereka sudah siap secara mental dan material untuk membina rumah tangga melainkan karena kehamilan yang sebenarnya belum diinginkan, tetapi mereka tidak mau menggugurkan kandungannya tersebut (ini juga karena menggugurkan itu bertentangan dengan hukum kali yah), sehingga mau ngga mau solusi terbaik adalah menikah. Istilah jaman sekarang biasa disebut Marriage By Accident (MBA).
  2. Karena faktor terpaksa
    Ini cenderung dilakukan oleh orang yang senang bergonta ganti pasangan atau memiliki lebih dari satu pacar, dimana trend yang terjadi sekarang sepasang kekasih sudah biasa melakukan hubungan suami istri, sehingga disaat kehamilan itu terjadi mereka terpaksa menikah meskipun sebenarnya orang yang benar-benar mereka cintai sebetulnya bukan yang diajak menikah ini. Biasanya pihak wanita akan berusaha mendapatkan sang lelaki dengan berbagai cara demi mencari ayah dari sang bayi yang dikandungnya (bukan bermaksud mendiskriminasikan kaum hawa loo).
  3. Karena faktor kesengajaan
    Biasanya kasus seperti ini dilakukan oleh pasangan yang saling mencintai tetapi tidak mendapatkan restu alias tidak disetujui oleh orang tua mereka,mereka cenderung memilih cara seperti ini karena mereka menganggap orang tua mereka pasti tidak akan bisa melarang lagi niat mereka untuk menikah karena pihak perempuan sudah hamil dan mereka saling mencintai dan tidak ingin mengorbankan janin yang tidak berdosa dalam kandungannya itu.
  4. Karena faktor keharusan
    Faktor yang ini hampir sama dengan faktor kesengajaan pada point3. Untuk kasus di Bali biasanya pasangan kekasih yang berbeda kasta terutama kalo pihak perempuan memilik kasta lebih tinggi dari pihak lelaki. Biasanya hubungan seperti ini hampir jarang mendapat restu dari orang tua pihak perempuan,karena dianggap menurunkan derajat dan martabat, dan dianggap aib bila harus menikah dengan orang yang berkasta lebih rendah. Dalam istilah di Bali dikenal dengan nama Nyerod. Tetapi sebaliknya kalo pihak lelaki memiliki kasta lebih tinggi dari yang perempuan masih bisa diterima dan dianggap bukan aib.Ini karena di Bali masih menganut garis keturunan Patrilinial atau garis keturunan sang ayah. Lanjut ke masalah faktor penyebab, walaupun hubungan beda kasta sudah tidak direstui oleh orang tua perempuan tetapi karena pasangan kekasih ini saling mencintai biasanya cara seperti ini sering dijadikan “senjata”untuk menaklukkan orang tua pihak perempuan.”Kalo sudah hamil mau ngomong apa lagi mereka” Itulah ungkapan kemenangan yang sering dilontarkan oleh pihak lelaki bila sudah mendapatkan wanita yang dicintainya.
  5. Karena faktor uji coba
    Kaya eksperimen aja ya, faktor yang ini sangat tidak dianjurkan untuk diikuti, karena mungkin agak bertentangan dengan kesetaraan gender. Para kaum adam sering memanfaatkan cara seperti ini untuk mau menikahi pacarnya, biasanya kalo tidak bisa hamil sang wanita sering menjadi korban keegoisan laki-laki, kata orang “coba dulu sebelum membeli” sehingga sebelum calon istrinya bisa hamil sang lelaki masih menunda-nunda waktu untuk menikahi pacarnya. (egois juga ya laki-laki..???).
  6. Mungkin ada pembaca yang ingin menambahkan lagi…??

Terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan bertiga atau dalam kondisi wanita dengan perut besar yang saya sampaikan disini, masihkah norma-norma dan nilai kesakralan dijunjung tinggi dalam budaya Bali sekarang ataukah justru fenomena seperti ini sudah menjadi trend yang hanya untuk memberi status seseorang di jaman yang katanya sudah modern ini? Sorry, yang mungkin mengalami seperti yang ditulis diatas dilarang keras untuk tersinggung. 😆
Pesan moral : Kalo ga enak, di enak-enakin aja. Kalo udah enak bikin lebih enak. Lakukan yang terbaik menurut anda. 😆

26 tanggapan untuk “Menikah Bertiga di Jaman Modern”

  1. cuma mo berkomentar bahwa apa yang anda tulis tidak salah. saya yang pertama berkomentar yah? 😀 salam kenal, dan tukeran link yah? boleh boleh boleh? beh patuh2 nak bali 😀 link anda sudah saya add di sini.

    “boleh boleh boleh!!thanks ya,saya add link juga di blog saya”

    Suka

  2. kalo di daerah saya sekarang malah kalau menikah dengan si wanita belum hamil dibilang aneh. kok buru2 nikah, kan belum hamil?
    ada juga yang punya alasan untuk menghemat biaya, upacara perkawinan dilakukan bersamaan dengan upacara tiga bulanan. :mrgreen:

    “berarti point yang ke lima itu sudah trend di daerah bli dong..!!. daerah bli budarsa dimana sih?? kali aja saya dapat wanita dari sana.hehe” 😆

    Suka

  3. ringkasan
    trend no 1.bagus
    2.sedikit bagus
    3.perlu di tiru (karena merupakan refleksi dari cinta sejati)
    4.keren..
    5.perlu di lestarikan(karena ndak mungkin kan beli kucing dalam karung)..
    oh iya bli, add tiyang nggih…
    suksma…

    “nggih suksma…,tiyang juga link disini ya”

    Suka

  4. ringkasan
    trend no 1.bagus
    2.sedikit bagus
    3.perlu di tiru (karena merupakan refleksi dari cinta sejati)
    4.keren..
    5.perlu di lestarikan(karena ndak mungkin kan beli kucing dalam karung)..
    oh iya bli, add tiyang nggih…
    suksma…

    Suka

  5. waduh kok rewet gini yaw
    klo sang adi kribo akan melakonin paan
    xixixixiix

    “kalo saya sih tergantung harga kambing kampung jawa aja deh..,
    ngga ngerti ya? saya juga ngga ngerti! hehe”
    😆

    Suka

  6. hehehe… saya kira ceweknya 2 cowoknya satu.. ternyata cewek 1, cowok 1 dan 1 hasil uji coba… halah… anak kecil di mobil bukan penyebab kecelakaan, ‘kecelakaan’ di mobil ini yang bisa jadi penyebab ternjadinya anak kecil… kekekeke… halah halah

    “hehehe, 😆
    pesan moral:jangan menilai sesuatu dari kulit luarnya aja.halah”

    Suka

  7. yang ke
    6. faktor harta
    7. faktor kekuasaan
    8. faktor obsesi seleb(pengen terkenal)

    saya lebih tertarik yang faktor harta he he he

    *nyanyi ala once
    ..hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti..*

    “pada dasarnya semua orang terlahir untuk matre kali ya ha..?? cuma kadarnya beda-beda.halah..”

    Suka

  8. klo bli ady mo nikah karena apa?

    “berhubung saya belum nikah,jadi saya ngga tau mau pake faktor yang mana.hehe, 😆 tp kayanya faktor no empat mendekati deh.” 😯

    Suka

  9. wah kayanya emang gitu…..
    temen-temenku jg bnyk bgt ky gitu pdahal blum tamat SMA….
    aku mau sich tapi takut banget…..
    ntar mau kasi makan apa anak ama istriku????

    Batu rebus????? 😀

    eh, tukeran link ya….

    “cieleee…bijaksana se-X bli surya ni.trus…,pingin nikah gaa???”

    Suka

  10. xixixixixi … kayakne pertanyaan kalo teman merit jaman sekarang adalah, wah dia udah hamil ya? xixixixixi … kayakne pandangan untuk orang yang mau nikah itu jelek sekali ya sekarang ini hehehe …

    “saya juga ga ngerti bli, itu pandangan yg jelek atau sudah menjadi suatu kewajaran ya..?
    tp yang saya rasakan sudah menjadi suatu hal yg wajar sepertinya.
    Orang yang rasanya baru kemarin nikah,trus punya anak udah biasa aja tuh sekarang.
    makanya trend coba dulu baru beli itu makin ngetrend rasanya..”

    Suka

  11. wonderful post, very informative. I’m wondering why the other specialists of this sector do not understand this.
    You must continue your writing. I’m confident, you’ve a huge readers’ base already!

    Suka

Tinggalkan komentar